Memahami Makna Terdalam: Inilah Sedekah dengan Pahala Paling Besar Menurut Ajaran Islam

Makna Sedekah Menurut Islam – Dalam ajaran Islam, sedekah adalah salah satu amalan mulia yang sangat dianjurkan. Ia bukan sekadar memberikan sebagian harta, melainkan wujud nyata dari ketulusan iman dan upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT. Mengutip Manshur Abdul Hakim dalam bukunya Buku Saku Terapi Bersedekah, Al-Raghib mendefinisikan sedekah sebagai harta yang dikeluarkan seseorang dengan niat tulus mencari ridha Allah SWT. Ini adalah bukti konkret dari kejujuran hati dan kokohnya keimanan seorang Muslim.

Baca Juga : MG S5 EV Menggebrak GIIAS 2025: Intip Spesifikasi dan Fitur Unggulannya!

Makna Sedekah Menurut Islam

Perintah bersedekah secara jelas disebutkan dalam Surah Al-Baqarah ayat 267:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَنفِقُوا۟ مِن طَيِّبَٰتِ مَا كَسَبْتُمْ وَمِمَّآ أَخْرَجْنَا لَكُم مِّنَ ٱلْأَرْضِ ۖ وَلَا تَيَمَّمُوا۟ ٱلْخَبِيثَ مِنْهُ تُنفِقُونَ وَلَسْتُم بِـَٔاخِذِيهِ إِلَّآ أَن تُغْمِضُوا۟ فِيهِ ۚ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ غَنِىٌّ حَمِيدٌ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah di jalan Allah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik. Nafkahkan juga sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu menafkahkan daripadanya. Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya kecuali dengan memincingkan mata terhadapnya.” Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”

Ayat ini tidak hanya memerintahkan sedekah dari rezeki yang halal dan baik, tetapi juga mengingatkan agar tidak bersedekah dengan sesuatu yang buruk, sesuatu yang kita sendiri enggan menerimanya.

Sedekah di Kala Puncak Keinginan Duniawi: Pahalanya Paling Agung

Lantas, sedekah jenis apakah yang pahalanya dinilai paling besar? Imam Nawawi, dalam Syarah Riyadhus Shalihin yang diterjemahkan Misbah, mencantumkan sebuah hadits Nabi Muhammad SAW yang menjelaskan hal ini. Hadits tersebut diriwayatkan sebagai berikut:

Diceritakan seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW lalu bertanya, “Ya Rasulullah, sedekah mana yang paling besar pahalanya?”

Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Yaitu jika engkau bersedekah, engkau itu masih sehat dan sebenarnya engkau kikir. Kau takut menjadi fakir dan engkau sangat berharap menjadi kaya. Tetapi janganlah engkau menunda-nunda sehingga apabila nyawamu telah sampai di kerongkongan lalu berkata, ‘Yang ini untuk fulan dan yang ini untuk fulan’, padahal yang demikian itu memang untuk fulan.” (HR Muttafaq ‘alaih)

Menguak Hikmah di Balik Hadits

Hadits ini mengandung makna yang sangat dalam mengenai esensi sedekah yang paling utama. Sedekah yang pahalanya paling besar adalah ketika dilakukan dalam kondisi:

Sehat dan Kuat: Pada saat seseorang masih memiliki vitalitas dan kekuatan fisik. Ini menunjukkan bahwa sedekah itu bukan karena keputusasaan atau keterpaksaan.

Kikir dan Penuh Harap Akan Kekayaan: Inilah poin krusialnya. Paling besar pahalanya adalah sedekah yang diberikan saat seseorang secara naluriah masih memiliki kecenderungan untuk menahan harta (kikir) dan sangat berambisi untuk mengumpulkan kekayaan.

Ketika seorang Muslim mampu bersedekah dalam keadaan sehat, dan terutama ketika dorongan untuk menahan harta serta keinginan untuk kaya masih sangat kuat, ini membuktikan tingkat keikhlasan dan kecintaan yang luar biasa kepada Allah SWT. Ini adalah pertarungan melawan hawa nafsu dan kecintaan duniawi yang hasilnya adalah kemenangan spiritual.

Bersedekah dalam kondisi demikian jauh berbeda dengan sedekah yang dilakukan saat sakit parah atau menjelang ajal.

Ketika seseorang berada di ambang kematian, kekayaan duniawi seringkali terasa hambar dan tidak lagi penting. Di titik itu, keinginan untuk bersedekah mungkin muncul karena sadar akan akhirat yang sudah sangat dekat. Keinginan itu bukan karena perjuangan melawan kekikiran di puncak harapan duniawi. Seperti disebutkan dalam hadits, sedekah yang diberikan saat nyawa sudah di kerongkongan dianggap terlambat. Sebab pada saat itu, harta tersebut secara hukum akan berpindah tangan. Harta akan jatuh kepada ahli waris atau kepada pihak yang telah ditunjuk sebelumnya.

Imam Syarqawi dalam Jawahir Al Bukhari, yang ditulis Syaikh Muhammad Imarah, juga menguatkan bahwa sedekah yang dilakukan saat seseorang berada dalam keadaan kaya atau berlimpah harta merupakan amalan yang pahalanya luar biasa. Ini karena tujuan utama sedekah adalah untuk menguatkan keinginan mendekatkan diri kepada Allah SWT, yang paling teruji ketika seseorang harus “melepaskan” sesuatu yang sangat dicintai dan diusahakan, yaitu harta, di saat ia masih sangat membutuhkannya.

Dengan demikian, jelaslah bahwa sedekah yang dilakukan dalam keadaan sehat, bersemangat untuk hidup, dan bahkan ketika ada kecenderungan kikir atau sangat mencintai harta, memiliki keutamaan dan pahala yang jauh lebih besar dibandingkan sedekah yang diberikan di ujung kehidupan. Ini adalah manifestasi tertinggi dari iman dan takwa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *