Penganiayaan Musisi di Banyuwangi: Aksi Pria Berbaju Loreng Berujung Trauma dan Kerugian Puluhan Juta

Banyuwangi, Jawa Timur – Dunia hiburan lokal di Banyuwangi digemparkan oleh insiden penganiayaan yang menimpa seorang musisi, Nanang Arianto, saat tampil di sebuah hajatan di Desa Olehsari, Kecamatan Glagah, Selasa (12/8/2025). Akibat insiden ini, Nanang mengalami gangguan penglihatan dan timnya menderita kerugian materiil hingga puluhan juta rupiah.

Baca Juga : Kasus Kenaikan PBB di Pati: Pelajaran Berharga untuk Kepala Daerah

Kejadian bermula ketika Nanang dan timnya sedang tampil menghibur tamu di sebuah acara. Meskipun pertunjukan seharusnya berakhir pada pukul 22.00 WIB, mereka melanjutkan penampilan hingga 23.30 WIB atas permintaan penonton. Namun, tim musik memutuskan untuk mengakhiri pertunjukan demi menghormati warga sekitar yang ingin beristirahat.

Kronologi Penganiayaan: Dari Ucapan ke Tindakan Kekerasan
Saat para musisi mulai membereskan peralatan, seorang pria dengan pakaian loreng melontarkan komentar bernada provokatif. Nanang mencoba menanggapi dengan tenang, “Mas, jangan begitu, karena kita sudah menghibur,” namun kata-kata tersebut justru memicu kemarahan pria tersebut. Situasi semakin memanas setelah seorang penonton lain berbaju putih turut memprovokasi.

“Dari situ tiba-tiba saya dipukul di bagian mata, sampai penglihatan saya buram. Keseimbangan saya terganggu,” ujar Nanang saat menceritakan kembali kejadian tersebut. Rekan Nanang, Sandi, yang berusaha melerai, juga terpaksa melarikan diri ke kamar mandi untuk menyelamatkan diri dari kericuhan. Warga sekitar pun berusaha membantu Nanang dengan menyuruhnya bersembunyi di kebun hingga situasi kondusif.

Kerugian Materiil dan Dampak Psikologis
Insiden ini tidak hanya menyisakan trauma fisik dan psikologis bagi Nanang, tetapi juga kerugian materiil yang tidak sedikit. Total kerugian diperkirakan mencapai sekitar Rp 30 juta akibat kerusakan alat-alat musik. “Padahal alat-alat musik itu sarana kita untuk cari makan,” ungkap Nanang dengan nada pilu. Peristiwa ini menjadi pengingat pahit bagi para pekerja seni, bahwa terkadang risiko profesi tidak hanya datang dari tantangan teknis, tetapi juga ancaman kekerasan dari pihak tak bertanggung jawab.

Hingga saat ini, belum ada informasi lebih lanjut mengenai tindak lanjut hukum atas kasus penganiayaan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *