Judul: Waspada! BRIN Temukan Mikroplastik Cemari Air Hujan Jakarta, Berasal dari Pakaian Sintetis dan Sampah Sekali Pakai

Jakarta – Ibu Kota kini menghadapi ancaman polusi baru yang kian mendesak: mikroplastik. Penelitian terbaru dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menunjukkan bahwa partikel plastik berukuran mikroskopis ini tidak hanya mengotori udara yang dihirup warga Jakarta, tetapi juga telah terdeteksi mencemari air hujan yang turun.

Baca Juga : Respon Cepat Pemkot Semarang Pasca Tragedi Bus di Pemalang: Walkot Jamin Seluruh Korban Ditangani, Biaya Dicover Penuh

Penemuan ini menjadi alarm serius mengenai dampak langsung aktivitas perkotaan terhadap kualitas lingkungan, mulai dari udara hingga sumber air, dan implikasi jangka panjangnya terhadap kesehatan masyarakat.

Biang Kerok Mikroplastik: Pakaian dan Sampah Domestik

Profesor Riset BRIN, Muhammad Reza Cordova, memaparkan secara jelas mengenai asal-usul utama polutan berbahaya ini. Menurut Reza, sumber utama mikroplastik yang melayang di udara Jakarta berasal dari dua hal yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari:

  1. Pakaian Berbahan Sintetis: Serat-serat plastik dari pakaian berbahan dasar seperti poliester dan nilon dilepaskan ke udara, terutama saat mencuci atau akibat gesekan, lalu terbawa angin.
  2. Sampah Plastik Sekali Pakai: Sampah plastik yang mendominasi kehidupan masyarakat, seperti kantong, botol, dan kemasan, terurai menjadi serpihan-serpihan kecil yang kemudian menjadi polutan udara.

“Sumber utama polutan tersebut berasal dari pakaian berbahan sintetis… serta sampah plastik sekali pakai yang masih mendominasi kehidupan masyarakat,” ujar Reza dalam presentasinya di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (24/10/2025).

Korelasi Jelas: Populasi Meningkat, Mikroplastik Melonjak

Riset BRIN yang menjangkau 18 kota besar di Indonesia, termasuk Jakarta, menunjukkan adanya korelasi langsung dan kuat antara populasi dengan tingkat pencemaran.

“Semakin banyak penduduknya, semakin banyak aktivitasnya, semakin tinggi pula mikroplastik yang ditemukan, baik di udara maupun air,” jelas Reza. Temuan ini menegaskan bahwa laju urbanisasi dan konsumsi di kota-kota besar merupakan pendorong utama peningkatan kadar polusi mikroplastik.

Air Hujan Turut Menjadi Vektor Pencemar

Data spesifik di Jakarta menunjukkan tren peningkatan yang mengkhawatirkan. Penelitian di kawasan Muara Angke mencatat peningkatan kadar mikroplastik hingga lima kali lipat antara tahun 2015 dan 2022.

Yang paling mengejutkan adalah konfirmasi bahwa partikel mikroplastik kini ikut terbawa dan diendapkan melalui air hujan. Dengan menggunakan alat penangkap air hujan (rain gauge) selama 12 bulan, BRIN menemukan rata-rata harian yang mengejutkan:

“Rata-rata, terdapat 3 hingga 40 partikel mikroplastik per meter persegi per hari yang terbawa oleh air hujan.”

Hal ini mengindikasikan bahwa hujan di Jakarta, yang seharusnya membersihkan udara, justru berperan dalam siklus pencemaran, membawa partikel plastik kembali ke permukaan tanah, perairan, dan berpotensi masuk ke dalam rantai makanan serta tubuh manusia.

Penemuan ini mendesak pemerintah dan masyarakat untuk segera mengambil tindakan serius, baik dalam pengelolaan sampah plastik maupun peninjauan ulang penggunaan bahan-bahan sintetis dalam industri tekstil, demi menjamin lingkungan yang lebih sehat di masa depan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *