Fenomena Book-Café: Perkawinan Literasi dan Gaya Hidup Modern Generasi Z

Jakarta – Toko buku yang terintegrasi dengan kafe, atau dikenal sebagai book-café, kini menjelma menjadi tren gaya hidup baru yang signifikan di kalangan Generasi Z. Konsep ruang hybrid ini menawarkan lebih dari sekadar tempat membeli atau membaca buku; ia menyediakan lingkungan yang nyaman, estetis, dan fleksibel untuk berkumpul, bekerja, dan bahkan menciptakan konten digital. Perpaduan antara kegiatan literasi dan gaya hidup modern inilah yang mendorong book-café dengan cepat menyatu dalam rutinitas generasi muda.

Baca Juga : Memahami Notifikasi “Perangkatmu Bukan Bagian dari Rumah dengan Akun Netflix Ini”: Aturan Netflix Household dan Dampaknya

Tren ini muncul sejalan dengan karakteristik Generasi Z sebagai kelompok yang secara aktif mencari ruang yang mendukung produktivitas sekaligus memenuhi kebutuhan sosial dan visual. Mereka membutuhkan lokasi yang tidak hanya fungsional, tetapi juga memiliki nilai estetika tinggi yang layak dibagikan di platform media sosial.

Estetika, Produktivitas, dan Dukungan Riset

Menurut hasil penelitian yang dikutip dari Journal Competency of Business pada Jumat (14/11/2025), perkembangan pesat library café atau book-café didukung oleh kemampuannya menyediakan lingkungan yang mendukung produktivitas. Lingkungan ini secara bersamaan juga memenuhi kebutuhan akan estetika visual, sebuah faktor penting bagi generasi yang sangat aktif di media sosial. Selain itu, meningkatnya minat Generasi Z terhadap kegiatan membaca yang lebih personal dan mendalam turut mendorong hadirnya ruang-ruang hybrid semacam ini.

Fenomena book-café semakin menonjol di tengah meningkatnya konsumsi literasi dan popularitas konten bertema “slow living” di kalangan anak muda. Dilansir dari The Korea Times, pertumbuhan book-café di Asia mengalami peningkatan sejak periode pandemi, di mana generasi muda mulai mencari tempat yang menawarkan suasana menenangkan dan memiliki fungsi lebih dari sekadar kafe biasa.

Book-Café sebagai Ruang Komunitas dan Kreativitas

Di Indonesia, tren ini terlihat jelas melalui peningkatan jumlah ruang baca hybrid, baik yang dikelola oleh penerbit besar maupun inisiatif independen. Konsep book-café telah memperluas fungsinya, bergerak melampaui transaksi jual beli buku menjadi pusat kegiatan komunitas dan kreatif.

Aktivitas seperti diskusi buku (book discussion), sesi membaca hening (silent reading), hingga creative workshop kini menjadi bagian rutin dari agenda yang diselenggarakan di berbagai book-café.

Bagi pengunjung, terutama Generasi Z, memilih tempat ini didasari oleh beberapa pertimbangan utama di luar membaca. Lingkungan yang estetis, ramah komunitas, serta potensi untuk diabadikan menjadi konten digital adalah daya tarik utama. Hal ini secara efektif mengubah book-café menjadi ruang kreatif, lokasi untuk belajar, hingga tempat bekerja secara fleksibel (atau work from café), mengukuhkan posisinya sebagai infrastruktur sosial yang relevan dengan tuntutan gaya hidup Generasi Z.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *