Banda Aceh – Gubernur Aceh, Muzakir Manaf, secara tegas menyatakan bahwa Pemerintah Aceh senantiasa bersikap terbuka dan tidak pernah menutup pintu bagi masuknya bantuan luar negeri guna menangani dampak banjir bandang serta tanah longsor di wilayahnya. Penegasan ini disampaikan untuk membantah spekulasi yang menyebutkan adanya hambatan birokrasi bagi pihak asing yang ingin menyalurkan bantuan kemanusiaan ke Aceh.
Baca Juga : YouTube Recap 2025 Diluncurkan: Cek Syarat Minimal Kelayakan dan Panduan Mengakses Kilas Balik Tontonan Anda
Muzakir Manaf, atau yang akrab disapa Mualem, menilai dukungan internasional merupakan instrumen krusial untuk mempercepat pemulihan para warga yang terdampak bencana. “Mereka datang untuk membantu kita, mengapa harus dipersulit? Logikanya sangat tidak tepat jika kita menghalangi pihak yang ingin menolong,” tegas Muzakir Manaf, Senin (8/12/2025).
Respons Terhadap Tudingan Penolakan Bantuan
Mantan Panglima GAM tersebut mempertanyakan dasar tudingan dari pihak-pihak yang menyebut pemerintah daerah menghalangi organisasi internasional atau negara asing. Ia mengklarifikasi bahwa pemerintah Aceh sama sekali tidak berkeberatan dengan kehadiran dukungan luar negeri, sepanjang bantuan tersebut bertujuan murni untuk percepatan penanganan krisis dan kemanusiaan.
Pernyataan ini dikeluarkan usai Mualem mengikuti rapat terbatas bersama sejumlah menteri dan kepala daerah di posko terpadu penanganan bencana di Lanud Sultan Iskandar Muda, Minggu malam (7/12/2025).
Bantuan dari Malaysia dan Cina Mulai Berdatangan
Gubernur Muzakir menjelaskan bahwa sejumlah bantuan internasional saat ini sudah mulai tiba dan didistribusikan di Aceh. Bantuan yang telah masuk mencakup tenaga medis serta pasokan obat-obatan dari Kuala Lumpur, Malaysia.
“Bantuan dari luar telah disalurkan secara tepat sasaran. Contohnya, kiriman obat-obatan dan tenaga dokter dari Malaysia sudah bekerja di lapangan, bahkan jumlah tersebut dirasa masih kurang mencukupi kebutuhan di lokasi,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa gelombang bantuan berikutnya dari Malaysia dijadwalkan tiba pada hari Rabu dengan membawa tambahan tiga ton obat-obatan dan tenaga medis profesional.
Selain Malaysia, Pemerintah Aceh juga telah mendatangkan tim ahli dari Cina untuk membantu misi pencarian korban yang diduga masih tertimbun material lumpur akibat banjir bandang. Tim yang terdiri dari lima orang ahli ini dilengkapi dengan perangkat pendeteksi mayat khusus.
“Mereka memiliki alat teknologi tinggi untuk mendeteksi keberadaan korban di dalam lumpur. Dukungan ini sangat membantu proses pencarian, terutama di wilayah yang aksesnya sulit,” kata Mualem. Fokus pencarian saat ini diarahkan ke wilayah Aceh Timur, Aceh Utara, dan Aceh Tamiang, di mana masih dilaporkan adanya sejumlah warga yang hilang dan diduga tertimbun material bencana.
Kebijakan Terbuka Pemerintah Aceh
Muzakir memastikan bahwa pihaknya tidak memberikan batasan yang bersifat menghalangi asalkan koordinasi dilakukan dengan transparan. “Saya tegaskan tidak ada larangan. Partisipasi bantuan kemanusiaan dari lembaga internasional maupun pemerintah asing adalah hal yang sah-sah saja dilakukan,” tutupnya.
