Rupiah Lesu di Awal Perdagangan: Pasar Menanti Kebijakan Suku Bunga BI dan Arah Hawkish The Fed

Jakarta – Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) bergerak di teritori negatif pada perdagangan pasar spot Rabu (10/12/2025) pagi, menunjukkan kehati-hatian investor menjelang pengumuman kebijakan penting dari Bank Indonesia (BI) dan Federal Reserve (The Fed).

Baca Juga : Gubernur Jakarta Pramono Anung Jadwalkan Peninjauan Langsung Lokasi Tanah Ambles di Jakarta Timur

Berdasarkan data Bloomberg, mata uang Garuda pada pukul 09.49 WIB tercatat di posisi Rp 16.689 per Dolar AS, melemah tipis 0,08 persen dibandingkan penutupan hari sebelumnya. Pelemahan ini terjadi di tengah kenaikan tipis pada indeks Dolar AS sebesar 0,02 persen, mencapai level 99,24.

Pergerakan Rupiah sejalan dengan tren pelemahan sebagian besar mata uang Asia. Meskipun demikian, beberapa mata uang regional justru mencatat penguatan, seperti Yen Jepang (naik 0,11 persen), Dolar Singapura (naik 0,03 persen), Peso Filipina (menguat 0,22 persen), dan Yuan China (naik 0,01 persen).

Tekanan Domestik dan Prospek Pemangkasan BI

Analis mata uang dari Doo Financial Futures, Lukman Leong, menjelaskan bahwa meskipun indeks Dolar AS global cenderung fluktuatif dan berada di bawah tekanan, Rupiah tetap sulit untuk menguat dan bertahan di kisaran kritis Rp 16.600 hingga Rp 16.700 per Dolar AS.

Menurut Lukman, faktor utama yang terus membebani nilai tukar domestik adalah prospek kebijakan moneter di dalam negeri. Ekspektasi pasar terhadap potensi pemangkasan suku bunga oleh Bank Indonesia, ditambah dengan kondisi fundamental ekonomi domestik yang dinilai masih lemah, memberikan tekanan tambahan yang signifikan terhadap mata uang Garuda.

Di sisi lain, BI terus melakukan intervensi aktif di pasar untuk menjaga stabilitas Rupiah dan mencegah depresiasi lebih lanjut. “BI terus mengintervensi agar nilai tukar tidak melewati batas atas psikologis di rentang Rp 16.700 hingga Rp 17.000,” ujar Lukman kepada Kompas.com. Intervensi ini mengindikasikan upaya serius bank sentral dalam mempertahankan kepercayaan pasar terhadap mata uang domestik.

Pasar Menantikan Nada Hawkish The Fed

Secara global, fokus investor sepenuhnya tertuju pada hasil pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang dipimpin oleh The Fed. Meskipun bank sentral AS diperkirakan akan mengambil keputusan untuk memangkas suku bunga acuannya dalam pertemuan kali ini, sinyal yang akan disampaikan dalam pernyataan resmi FOMC cenderung bernuansa hawkish (pengetatan).

“The Fed diperkirakan akan memangkas suku bunga, namun cenderung memberikan sinyal hawkish dalam pernyataan FOMC mereka,” papar Lukman. Sinyal hawkish ini, yang mungkin mencakup panduan mengenai kecepatan atau batas akhir pemangkasan, dapat memicu ketidakpastian di pasar keuangan global.

Kondisi tersebut mendorong investor untuk mengambil sikap wait and see sebelum mendapatkan kejelasan mengenai arah kebijakan moneter AS. Menjelang pengumuman FOMC, Rupiah diperkirakan bergerak konsolidatif dan terbatas dalam rentang Rp 16.600–Rp 16.700. Namun, nilai tukar ini berpotensi kembali tertekan setelah keputusan The Fed diumumkan, tergantung pada isi dan tone keseluruhan kebijakan yang disampaikan oleh bank sentral AS.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *