Harga Emas: Setelah Sempat Turun, Akankah Kembali Melambung?

Harga Emas Hari Ini – Pada April lalu, warga menyerbu butik Antam di Jakarta. Mereka mulai mengantre sejak subuh. Tujuannya adalah memburu emas fisik secara langsung. Fenomena ini menunjukkan munculnya gelombang FOMO (Fear of Missing Out) di tengah masyarakat. Penyebabnya adalah kenaikan harga emas yang signifikan di awal tahun. Saat itu, masyarakat menganggap emas sebagai pilihan investasi terbaik.

Baca Juga : Mensos Semangati Anak-Anak Miskin: Seskab Teddy Bukti Perjuangan dari Nol!

Namun, euforia tersebut kini mereda seiring dengan penurunan emas sekitar 10 persen dari puncaknya yang sempat menyentuh Rp 2 juta per gram. Investor memahami karakteristik emas sebagai instrumen investasi dan menyadari bahwa penurunan ini wajar serta tidak perlu dikhawatirkan.

Harga Emas Hari Ini: Pelindung Nilai, Bukan Sekadar Pertumbuhan Cepat

Para analis mengklasifikasikan emas sebagai aset lindung nilai (safe-haven) daripada instrumen investasi untuk menumbuhkan modal. Artinya, investor idealnya memilih emas untuk melindungi nilai uang dari inflasi dan risiko memburuknya situasi ekonomi, bukan untuk menciptakan kekayaan dalam waktu singkat.

Alasan ini juga menjelaskan mengapa harga emas cenderung meningkat dalam jangka panjang:

Pelaku pasar memperdagangkan emas secara internasional dalam Dolar AS, sehingga pelemahan Rupiah berdampak langsung pada harga emas. Ketika nilai tukar Rupiah melemah terhadap Dolar AS, emas otomatis naik. Sebagai contoh, rata-rata nilai tukar Rupiah pada tahun 2005 adalah Rp 9.713 per Dolar AS, sementara saat ini telah terdepresiasi lebih dari 60 persen. Dalam periode yang sama, emas telah melonjak hingga 12 kali lipat. Banyak investor memilih menyimpan aset dalam bentuk emas untuk menjaga nilainya, daripada menaruhnya dalam tabungan atau uang tunai yang tergerus inflasi dan kurang produktif.

Permintaan yang Terus Tumbuh vs. Ketersediaan Terbatas: Permintaan emas tidak hanya datang dari masyarakat ritel, tetapi juga dari institusi dan perbankan yang membutuhkan emas untuk diversifikasi risiko investasi. Di sisi lain, ketersediaan emas justru terbatas. Sepanjang tahun 2024, misalnya, pasokan emas global hanya meningkat 1 persen, padahal permintaan tumbuh pesat seiring tren bank sentral yang mengalihkan cadangan devisa dari mata uang asing ke emas. Keterbatasan jumlah inilah yang menjadi dasar keyakinan bahwa dalam jangka panjang, emas akan terus naik melampaui tingkat inflasi.

Memahami Tujuan Investasi Emas

Meskipun kenaikan emas terlihat tinggi dalam beberapa tahun terakhir, penting untuk menetapkan tujuan investasi sebelum memutuskan untuk membelinya. Emas lebih cocok untuk investasi konservatif, bukan investasi pertumbuhan atau spekulatif yang bertujuan menciptakan kekayaan dengan cepat.

Investor sebaiknya memandang emas sebagai tabungan untuk menjaga nilai uang melalui pertumbuhan harga yang stabil dan berisiko rendah. Imbal hasil berinvestasi emas umumnya tidak sebesar investasi pada aset berisiko tinggi seperti saham dan aset kripto, meskipun potensi keuntungan tetap ada.

Menariknya, tren pergerakan harga emas dan aset berisiko cenderung berkebalikan.Saat sentimen negatif membanjiri pasar, seperti proyeksi ekonomi yang memburuk atau meningkatnya tensi geopolitik, investor cenderung memborong emas. Akibatnya, harga emas biasanya melambung tinggi, sementara bursa saham dan kripto justru anjlok.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *