Istanbul, Turki – Hagia Sophia, monumen Bizantium yang berdiri megah di Istanbul, Turki, kembali menjadi pusat perhatian global menyusul perubahan fungsi keagamaan yang dialaminya dalam beberapa tahun terakhir. Bangunan bersejarah ini bukan hanya simbol kejayaan masa lalu, tetapi juga saksi bisu atas pergantian kekuasaan, keyakinan, dan dinamika budaya selama lebih dari lima belas abad.
Baca Juga : Cara Mengatasi Iritasi Kulit Akibat Bulu Kamitetep: Tips dari Dosen Biologi Universitas Indonesia
Keajaiban Arsitektur Abad Ke-6
Struktur Hagia Sophia yang kita saksikan hari ini adalah bangunan ketiga, yang diselesaikan dan diresmikan pada tahun 537 M atas perintah Kaisar Bizantium Justinian I. Proyek pembangunan ambisius ini dipercayakan kepada dua arsitek terkemuka pada masanya, Anthemius dari Tralles dan Isidorus dari Miletus.
Kedua arsitek tersebut berhasil menciptakan perpaduan arsitektur yang revolusioner, menggabungkan denah basilika tradisional dengan kubah pusat yang masif. Inovasi paling mengagumkan adalah penempatan deretan jendela di sekitar dasar kubah. Susunan jendela ini secara visual menciptakan ilusi optik seolah-olah kubah raksasa tersebut “mengambang di udara” tanpa penyangga, sebuah pencapaian teknik yang luar biasa untuk abad ke-6.
Tiga Fase Perubahan Fungsi Agama dan Budaya
Perjalanan historis Hagia Sophia ditandai oleh tiga fase fungsional utama:
1. Katedral (537 M – 1453 M)
Selama hampir seribu tahun, Hagia Sophia berfungsi sebagai katedral utama Ortodoks Timur dan menjadi pusat keagamaan Kekaisaran Bizantium.
2. Masjid Kekaisaran (1453 M – 1935 M)
Titik balik besar terjadi pada tahun 1453. Setelah penaklukan Konstantinopel oleh Sultan Mehmed Sang Penakluk, bangunan itu secara resmi diubah dari katedral menjadi masjid kekaisaran. Sultan Mehmed begitu mengagumi keindahan Hagia Sophia, bahkan menyebutnya sebagai “kenise-i nefise-i münakkase” atau “gereja yang dihias dengan sangat indah”. Selama periode ini, elemen-elemen Kristen ditutup dan ditambahkan empat menara Islam yang ikonik.
3. Museum dan Situs Warisan Dunia (1935 M – 2020 M)
Pada tahun 1935, di bawah kepemimpinan Presiden Turki saat itu, Mustafa Kemal Atatürk, Hagia Sophia memasuki babak baru sebagai museum sekuler. Keputusan ini dimaksudkan untuk menghormati sejarah panjangnya dan menjadikannya simbol perdamaian antaragama. Status globalnya semakin diakui setelah ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1985.
4. Kembali Menjadi Masjid (2020 – Sekarang)
Perdebatan internasional kembali memanas pada tahun 2020 ketika Presiden Recep Tayyip Erdoğan mengumumkan keputusan untuk mengembalikan fungsi Hagia Sophia menjadi masjid yang aktif. Salat berjamaah pertama segera dilaksanakan, meskipun citra dan mosaik Kristen kuno di dalam bangunan harus ditutup sebagian oleh tirai selama waktu salat sebagai bentuk kompromi. Keputusan ini memicu kritik dari beberapa negara dan organisasi internasional yang khawatir terhadap dampak konservasi dan warisan budaya universal bangunan tersebut.
