Bank Indonesia (BI) memprediksi bahwa laju inflasi akan terus naik hingga menjelang akhir tahun ini.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) beberapa waktu lalu masih menjadi pendorong utama kenaikan inflasi ini.
“Untuk bulan November dan Desember (2022) dampak dari penyesuaian harga BBM akan terus berlangsung, kemungkinan (inflasi) akan tetap naik, perkiraan kami bisa 6,1 persen,” kata Perry saat Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI, Senin (21/11/2022).
Perry menjabarkan inflasi volatile food masih menjadi ancaman, meski sudah dalam tren penurunan. Dikatakan dirinya realisasi inflasi bulan Oktober 5,71 persen (yoy) ini didorong oleh inflasi volatile food yang tercatat melambat menjadi 7,2 persen (yoy) dari 9,02 persen pada September dan secara bulanan tercatat deflasi 1,49 persen.
“Tapi ini kan (target inflasi volatile food) memang masih diatas 5 persen, makanya kami mohon dukungan dari pimpinan dan Komisi XI DPR untuk turun ke daerah-daerah menjaga inflasi volatile food,” papar Perry.
Sementara tantangan lainnya adalah soal inflasi administered price bergerak sudah mencapai 13,3 persen (yoy) didorong oleh dampak lanjutan penyesuaian harga BBM jenis bensin dan solar pada September.
“Ini disebabkan kenaikan tarif angkutan, selain itu juga karena adanya kenaikan UMR yang saat ini sedang terjadi di daerah-daerah,” katanya.
Perry pun optimistis jika hal tersebut bisa dijaga, gejolak inflasi bisa ditekan hingga ke level bawah.
Sebelumnya, BI melaporkan inflasi tahunan pada Oktober 2022 sebesar 5,71 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/yoy). Angka ini juga menurun dari tingkat inflasi bulan sebelumnya, yakni 5,95 persen.