Balikpapan – Wilayah Kalimantan diprediksi akan mengalami lonjakan pergerakan penumpang udara yang signifikan selama periode Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru). Peningkatan minat masyarakat untuk bepergian ini diyakini terkait langsung dengan kebijakan insentif pemerintah yang diperkirakan mampu menurunkan harga tiket pesawat hingga sekitar 14 persen.
Kepala Otoritas Bandar Udara (Otban) Wilayah VII, Ferdinan Nurdin, yang wilayah kerjanya mencakup Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, dan Kalimantan Tengah, menyatakan optimisme tersebut. “Kami belum bisa menyampaikan angka pastinya, tetapi kemungkinan besar lonjakannya akan lebih tinggi dari tahun lalu,” ujar Ferdinan.
Rincian Insentif Penurunan Harga Tiket
Lonjakan ini didorong oleh instruksi Menteri Perhubungan untuk memberikan berbagai diskon dan subsidi komponen biaya penerbangan. Ferdinan menjelaskan, sejumlah insentif yang diterapkan mencakup:
- Subsidi Pajak: Penanggungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 6 persen yang biasanya ditanggung oleh penumpang.
- Penyesuaian Tarif Bandara: Penyesuaian berbagai komponen tarif layanan bandara, termasuk diskon untuk biaya PJ4U (Pelayanan Jasa Penumpang Pesawat Udara) dan PJP2U (Pelayanan Jasa Pendaratan, Penempatan, dan Penempatan Pesawat Udara), serta sejumlah biaya lain yang dibebankan kepada penumpang.
- Penurunan Harga Avtur: Penurunan harga avtur di 37 bandara, yang secara langsung berpengaruh terhadap biaya operasional maskapai.
Dengan kebijakan ini, harga tiket pesawat diproyeksikan turun antara 13 hingga 14 persen. Ferdinan menambahkan, “Ini bentuk kehadiran pemerintah agar masyarakat bisa menikmati libur panjang dengan biaya yang lebih terjangkau.” Penurunan harga tiket ini diharapkan langsung memicu peningkatan jumlah perjalanan udara, terutama menuju tujuan-tujuan utama di Kalimantan.
Kesiapan Operasional dan Posko Nataru
Untuk memastikan kelancaran operasional di tengah potensi kepadatan, Otban Wilayah VII mengambil sejumlah langkah proaktif. Operator bandara diminta untuk memperpanjang jam operasional selama periode Nataru guna mengakomodasi tingginya pergerakan pesawat dan penumpang.
Selain itu, Otban VII akan membuka Posko Nataru di Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan Balikpapan, yang merupakan bandara tersibuk di wilayah tersebut.
Monitoring juga dilakukan secara intensif di bandara lain, seperti Samarinda, Berau, Tarakan, Palangkaraya, Sampit, dan Pangkalan Bun. Seluruh bandara ini diperkirakan akan mengalami kepadatan yang lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.
Di tengah potensi lonjakan ini, Ferdinan memastikan bahwa kesiapan seluruh bandara dan maskapai tetap menjadi prioritas utama. Ia juga menyinggung pentingnya faktor keselamatan, terutama mengingat kondisi cuaca ekstrem yang belakangan terjadi dan sempat menyebabkan sejumlah pesawat harus melakukan go around (gagal mendarat).
