Kopenhagen/Eropa – Sebuah investigasi lintas negara mengungkap skandal medis dan etika yang melibatkan bank sperma swasta di Eropa, di mana seorang donor dengan mutasi genetik langka yang terkait dengan risiko kanker tinggi, telah menjadi ayah biologis dari sedikitnya 197 anak di seluruh benua. Laporan ini juga mengonfirmasi bahwa beberapa anak yang mewarisi gen tersebut telah meninggal dunia akibat kanker di usia muda.
Baca Juga : Rupiah Lesu di Awal Perdagangan: Pasar Menanti Kebijakan Suku Bunga BI dan Arah Hawkish The Fed
Pria yang identitasnya tidak disebutkan tersebut dilaporkan membawa mutasi genetik bernama TP53, yang menyebabkan Sindrom Li-Fraumeni (LFS). Sindrom langka ini secara drastis meningkatkan risiko seseorang untuk mengembangkan berbagai jenis kanker selama hidup mereka.
Pada Mei 2025, kasus ini pertama kali mencuat dan diperkirakan pria tersebut menjadi ayah dari 67 anak di delapan negara Eropa. Namun, penyelidikan mendalam yang dilakukan oleh konsorsium 14 lembaga penyiaran publik Eropa menunjukkan bahwa jumlah anak yang terkena dampak sesungguhnya jauh lebih tinggi dari perkiraan awal.
Kegagalan Skrining dan Mutasi Genetik
Kasus ini berakar pada tahun 2005, ketika pria tersebut menyumbangkan spermanya ke European Sperm Bank (ESB), sebuah bank sperma swasta yang berbasis di Denmark. Pria tersebut dilaporkan lolos pemeriksaan skrining kesehatan donor standar dan tampak sehat.
Namun, investigasi genetik mengungkap adanya kondisi langka: sebagian besar sel tubuh donor tidak mengandung bentuk berbahaya dari gen TP53, tetapi hingga 20 persen dari spermanya mengandung mutasi tersebut. Mutasi ini diyakini telah terjadi pada DNA di beberapa selnya sebelum ia lahir.
Sperma dari donor tunggal ini kemudian didistribusikan dan digunakan oleh 67 klinik kesuburan di 14 negara berbeda di Eropa. Jumlah total anak yang terkena dampak diyakini masih bisa bertambah karena data yang relevan belum sepenuhnya terkumpul dari semua negara pengguna.
Risiko Kanker Hingga 90 Persen
Bagi anak-anak yang mewarisi mutasi genetik ini, risiko kesehatan yang dihadapi sangat signifikan. Orang yang menderita Sindrom Li-Fraumeni memiliki:
- Peluang sekitar 50 persen untuk mengembangkan satu atau lebih jenis kanker sebelum mencapai usia 40 tahun.
- Peluang mencapai 90 persen untuk mengembangkan berbagai bentuk kanker pada usia 60 tahun.
Para ahli genetika kanker telah menyuarakan kekhawatiran besar. Dokter yang menangani anak-anak yang mengidap kanker yang terkait dengan donor tersebut telah mengidentifikasi 23 anak dengan varian genetik tersebut dari 67 anak yang diketahui pada saat laporan awal. Sepuluh dari anak-anak tersebut telah didiagnosis menderita kanker.
“Kami telah menemukan beberapa anak yang sudah mengidap dua jenis kanker berbeda dan beberapa di antaranya bahkan telah meninggal di usia yang sangat muda,” kata Edwige Kasper, ahli genetika kanker di Rouen University Hospital.
Tragedi ini menyoroti perlunya revisi mendasar terhadap protokol skrining genetik yang diterapkan oleh bank sperma swasta di seluruh Eropa, memastikan pemeriksaan yang lebih ketat terhadap mutasi genetik langka yang dapat diturunkan kepada generasi berikutnya.
