Terobosan Inklusif: Dompet Dhuafa Ajarkan Guru SLB Mengaji Al-Qur'an Isyarat, Buka Akses Bagi Teman Tuli

Jakarta – Akses terhadap literasi Al-Qur’an adalah hak fundamental setiap Muslim. Namun, bagi Teman Tuli, hak ini sering terhambat oleh minimnya metodologi pengajaran yang inklusif. Menjawab tantangan tersebut, Dompet Dhuafa melalui Corps Dai Dompet Dhuafa (Cordofa) mengambil langkah strategis dengan menyelenggarakan Pelatihan Al-Qur’an Isyarat.

Baca Juga : Skandal Narkoba di Dunia Pendidikan Riau: Guru PPPK SD Baru Lulus Ditangkap karena Jadi Pengedar Sabu

Aksi ini merupakan upaya mendasar untuk menutup ‘celah kosong’ dalam pendidikan agama Islam, khususnya Al-Qur’an, bagi komunitas Tuli. Pelatihan ini diadakan khusus untuk para guru agama Islam di Sekolah Luar Biasa (SLB) se-Jabodetabek dan komunitas terkait.

Digelar selama tiga hari, bertepatan dengan momen Hari Tuli Sedunia 2025 pada Sabtu (27/09/2025) di Syahida Inn UIN Jakarta, Ciputat, Tangerang Selatan, pelatihan ini berhasil diikuti oleh 80 guru dari berbagai SLB dan komunitas. Dompet Dhuafa bekerja sama dengan pakar dari Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ) Kementerian Agama, lembaga yang secara resmi mengeluarkan mushaf Al-Qur’an Isyarat pada tahun 2023.

Mendalami Dua Metode Esensial: Kitabah dan Tilawah


Dalam pelatihan intensif ini, para guru dibekali dengan pedoman resmi Al-Qur’an Isyarat, berfokus pada dua metode esensial untuk menerjemahkan teks suci:

Metode Kitabah: Mengisyaratkan apa yang tertulis dalam mushaf Al-Qur’an (teks Arab) secara harfiah.

Metode Tilawah: Mengisyaratkan apa yang diucapkan atau dilafalkan, termasuk pemahaman dan aplikasi hukum tajwid dalam bahasa isyarat.

Muhammad Mundzir, salah satu pengajar dari LPMQ, menjelaskan pentingnya penguasaan kedua metode tersebut. “Kedua metode ini penting agar guru dapat memetakan dan mengajarkan Al-Qur’an secara tepat kepada anak-anak Tuli. Pelatihan ini adalah jalan untuk memastikan Teman Tuli memiliki kesempatan yang setara dalam mengakses kitab suci Islam,” tegas Mundzir.

Ia menambahkan bahwa semangat inklusivitas harus menjadikan Teman Tuli sebagai subjek pembelajaran, bukan sekadar objek.

Menyempurnakan Pembelajaran yang Sempat ‘Buntu’


Sebelum adanya mushaf dan pedoman resmi Al-Qur’an isyarat dari LPMQ, banyak guru yang menghadapi kebingungan metodologis. Pembelajaran sering kali terbatas pada pengenalan gambar huruf Hijaiyah, tanpa panduan yang terarah untuk memahami makna dan pelafalan (isyarat).

Pelatihan yang difasilitasi oleh Dompet Dhuafa ini pun disambut baik sebagai solusi mendesak bagi para pendidik.

Anik Khorida (45), Guru SLB BC Alfiany Cengkareng Barat, mengungkapkan rasa leganya. “Saya sebagai seorang guru dulunya bingung cara mengajarkan Al-Qur’an ke teman Tuli itu seperti apa dan bagaimana. Dengan pelatihan ini kita jadi terarah,” ujarnya, menyebut inisiatif Dompet Dhuafa sebagai jalan keluar yang sangat dibutuhkan.

Hal senada disampaikan oleh Marno (58), Guru di SLB Bina Insani Kota Depok. Ia menilai, pelatihan ini telah menyempurnakan cara belajar Al-Qur’an bagi murid Tuli di sekolahnya. Dengan adanya panduan resmi dan metode yang teruji, proses edukasi menjadi lebih efektif dan inklusif.

Inisiatif Dompet Dhuafa ini menegaskan komitmen lembaga filantropi tersebut dalam mewujudkan pendidikan agama yang merata, memastikan bahwa hambatan fisik tidak boleh menjadi penghalang bagi setiap Muslim untuk memahami dan mendalami kitab suci mereka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *